“Disana”
Disana.
Diujung kamar itu.
Kamar luas, namun remang.
Tiga orang memandangku.
Satu memandangku curiga,
satu tersenyum kepadaku
Satu lagi.
Sesosok wanita tua nan
cantik.
memandangku.
Sedih.
Sayang.
Rindu.
Itulah yang kubaca dari
tatapannya.
Dalam hati ku berpikir, apa
yang sedang dipikirkannya?
Apakah aku?
Ya, aku memang lupa.
Aku lupa menyentuhnya
dengan doaku.
Yang aku ingat hanyalah,
aku masih punya banyak waktu.
Ah, nanti saja.
Itulah yang kupikirkan.
Kusadar ia tidaklah nyata.
Tapi ia ada.
Ia memanggilku.
Della.
Della bisa lihat nenek?
Kuterdiam, Kudekati ia.
Segar wajahnya, begitu
rupawan.
kupeluk tubuhnya.
Hangat.
Itulah yang kurasakan.
Della kangen nenek, kataku.
Tidaklah dijawabnya.
Dalam hati kuberkata,
Ah kalau mau bertemu nenek,
kesini saja
Lalu kuberlalu.
Kembali bermain dengan
duniaku.
Namun tatapnya terus
mengantarku.
Hingga aku keluar dari
situ.
Hingga kuterlonjak.
Tersadar.
Aku bangun dari mimpi itu.
Entah sedih atau bahagia.
Tak mampu kuartikan.
Yang aku tau hanya,
Ia menemuiku.
Ia menyayangiku.
Ia merindukanku.
Ya.
6 hari sudah, ia
meninggalkanku.
Meninggalkan kami.
Ia buatku sadar, aku hidup
takkan lama.
Karena aku tak lebih dari
manusia.
Nenek, tenanglah disana.
Janjiku padamu.
Takkan pernah kulupakan
engkau.
Selalu akan kusapa engkau.
Dengan doaku.
Sungguh.
Semoga Allah selalu mengasihimu.